Pendidikan Jarak Jauh Secara Online
Perkembangan teknologi selalu mempunyai
peran yang sangat tinggi dan ikut memberikan arah perkembangan dunia
pendidikan. Dalam sejarah perkembangan pendidikan, teknologi informasi adalah
bagian dari media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ilmu pada orang
banyak, mulai dari teknologi percetakan beberapa abad yang lalu, seperti buku
yang dicetak, hingga media telekomunikasi seperti, suara yang direkam pada
kaset, video, televisi, dan CD. Perkembangan teknologi informasi saat ini,
Internet, mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Layanan
online dalam pendidikan baik bergelar maupun tidak bergelar pada dasarnya
adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (mahasiswa) dengan
menggunakan internet sebagai media. Layanan online ini dapat terdiri dari
berbagai tahapan dari proses program pendidikan seperti: pendaftaran, test masuk,
pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian, penilaian,
diskusi, pengumuman, dll. Pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi
internet secara maksimal, dapat memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat
dan bahkan meningkatkan kualitas pendidikan.
Faktor utama dalam Pendidikan jarak jauh
secara online yang dikenal sebagai distance learning yang selama ini dianggap
masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun
demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi
antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak.
Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi
langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real
time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan
buletin board. Dengan cara diatas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas
mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis
dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti
materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh
siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula
dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administratif juga dapat
diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung
dengan metode pembayaran online.
Pendidikan jarak jauh secara online
mengatasi keterbatasan yang ada pada jenis-jenis pendidikan jarak jauh yang
lain (yang sebenarnya juga sudah sarat teknologi), yaitu pendidikan jarak jauh
dengan satelit serta teknologi televisi. Pada kedua teknologi di atas,
mahasiswa masih harus berjalan ke fasilitas-fasilitas pendidikannya; sedangkan
peralatannya bersifat khusus dan mahal. Kini dengan pendidikan online lewat
internet, mahasiswa dapat belajar sendiri dari rumah dengan peralatan komputer
sendiri.
Dari Sudut Pandang Dosen
Dari sudut pandang dosen, solusi pendidikan online ini harus
memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
- Mudah digunakan
- Memungkinkan pembuatan bahan kuliah online dan
kelas online dengan cepat dan mudah
- Hanya memerlukan pelatihan minimal
- Memungkinkan pengajaran dengan cara mereka
sendiri
- Memungkinkan mereka mengendalikan lingkungan
pengajaran
Dari Sudut
Pandang Mahasiswa
Dari sudut mahasiswa yang dicari adalah
- Fleksibilitas dalam mengambil
mata kuliah
- Bahan kuliah yang lebih kaya dibandingkan yang
didapat di kelas
- Berjalan di komputer yang sudah mereka miliki
- Menyertakan kolaborasi antarmahasiswa seperti
cara tradisional
- Mencakup konsultasi dengan dosen, diskusi
kelas, teman belajar, dan proyek-proyek bersama.
j
Peran Teknologi Komunikasi dan Informasi Dalam Pendidikan
Sistem Pendidikan Jarak Jauh - Meskipun teknologi merupakan bagian
integral dari pendidikan jarak jauh, namun program pendidikan harus fokus pada
kebutuhan instruksional mahasiswa, dari pada teknologinya sendiri. Perlu juga
untuk dipertimbangkan; umur, kultur, latar belakang sosioekonomi, interes,
pengalaman, level pendidikan, dan terbiasa dengan metoda pendidikan jarak jauh.
Faktor yang penting untuk keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh adalah
perhatian, percaya diri dosen, pengalaman, mudah menggunakan perlatan, kreatif
menggunakan alat, dan menjalin interkasi dengan mahasiswa.
Pada pembangunan sistem perlu diperhatikan
tentang disain dan pengembangan sistem, interactivity, active learning, visual
imagery, dan komunikasi yang efektif. Disain dan pengembangan sistem.
proses pengembangan instruksional untuk
pendidikan jarak jauh, terdiri dari tahap perancangan, pengembangan, evaluasi,
dan revisi. Dalam mendesain instruksi pendidikan jarak jauh yang efektif, harus
diperhatikan, tidak saja tujuan, kebutuhan, dan karakteristik dosen dan
mahasiswa, tetapi juga kebutuhan isi dan hambatan teknis yang mungkin terjadi.
Revisi dilakukan berdasarkan masukan dari instruktur, spesialis pembuat isi, dan
mahasiswa selama dalam proses berjalan.
Interactivity. Keberhasilan sistem
pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya interaksi antara dosen
dan mahasiswa, antara mahasiswa dan lingkungan pendidikan, dan antara
mahasiswa.
Active learning. Partisipasi aktif peserta
pendidikan jarak jauh mempengaruhi cara bagaimana mereka berhubungan dengan
materi yang akan dipelajari.
Visual imagery. Pembelajaran lewat televisi
dapat memotivasi dan merangsang keinginan dalam proses pembelajaran. Namun
jangan sampai terjadi distorsi karena adanya hiburan. Harus ada penseleksian
antara informasi yang tidak berguna dengan yang berkualitas, menentukan mana
yang layak dan tidak, mengidentifikasi penyimpangan, membedakan fakta dari yang
bukan fakta, dan mengerti bagaimana teknologi dapat memberikan informasi
berkualitas.
Komunikasi yang efektif. Desain
instruksional dimulai dengan mengerti harapan pemakai, dan mengenal mereka
sebagai individual yang mempunyai pandangan berbeda dengan perancang sistem.
Dengan memahami keingingan pemakai maka dapat dibangun suatu komunikasi yang
efektif.
Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pendidikan
Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pendidikan - Apa yang sekarang kita rasakan sekarang sangatlah berbeda jauh dengan 10 tahun kebelakang, Teknologi informasi dan komunikasi bisa kita nikmati dalam berbagai bidang. salah satunya dalam bidang pendidikan. para siswa di zaman yang serba canggih ini dituntut bisa menguasai komputer dan internet. namun sangatlah disayangkan dari beberapa siswa yang mulai mengerti dunia komputer dan internet hanya sekedar tegur sapa melalui layanan Jejaring sosial seperti facebookdan Twitter.
Kehadiran Teknologi informasi dan komunikasi, terutama komputer dan internet sudah lama dimanfaatkan oleh negara-negara maju. Misalnya, di negara seperti Inggris, Amerika, dan Jepang, teknologi informasi dan komunikasi digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah melalui pemanfaatan komputer dengan didukung teknologi internet. Dengan teknologi komputer dan internet, para siswa atau mahasiswa tidak hanya dapat belajar di dalam kelas. Mereka dapat belajar di mana pun karena hampir semua materi pelajaran dapat diiperoleh melalui CD atau langsung diakses melalui Internet.
Indonesia tidak mau ketinggalan dengan negara-negara maju. Sekarang ini, komputer sudah mulai diperkenalkan di sekolah. Mulai dari pendidikan prasekolah (playgroup) sampai universitas. Bagi anak-anak playgroup dan taman kanak-kanak, sudah tersedia berbagai media pembelajaran melalui komputer yang memungkinkan pembelajaran secara interaktif tanpa meninggalkan sifat anak-anak, yaitu hermain. Secara umum, peran TI dalam lingkungan pendidikan dapat dirasakan oleh para siswa, sekolah, dan orang tua.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TI) telah memberikan
pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TI ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
- E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
- Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
- Menggunakan teknologi internet yang standar,
- Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
- Balik paradigma pembelajaran tradisional.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TI seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TI adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TI telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan cenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman.
Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, poliTI, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
- Komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
- Materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
- Didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
- Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode
- Sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
- Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet,
- Permainan, musik, dan TV,
- Alat-alat musik,
- Alat olah raga, dan
- Bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran Untuk dapat memanfaatkan TI dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:
- Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
- Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan
- Guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakanalat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TI, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai:
- Sesuatu yang sulit dan berat,
- Upaya mengisi kekurangan siswa,
- Satu proses transfer dan penerimaan informasi,
- Proses individual atau soliter,
- Kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada Satuan-satuan kecil dan terisolasi,
- Suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TI telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
- ]Proses alami,
- Proses sosial,
- Proses aktif dan pasif,
- Proses linear dan atau tidak linear,
- Proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
- Aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa,
- Aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan
- Pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari:
- Sbagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
- Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan
yaitu:
- Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran,
- Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan,
- Dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Kreativitas dan kemandirian belajar
Dengan memperhaTIan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TI mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TI telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TI setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TI menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal. Dengan memperhaTIan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TI memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TI memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TI siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TI. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TI dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan
bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.
Sumber : www.aingindra.blogspot.com
Pengertian dan Konsep E-learning
Istilah e-learning Banyak
para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena
e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning
sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio,
televisi, film, komputer, internet).
Jaya Kumar C. Koran
(2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet.
Sedangkan Dong (dalam
Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous
melalui perangkat elektronik komputer untuk memperoleh bahan belajar yang
sesuai dengan kebutuhannya. Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning
merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan
Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet
dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002)
menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning
digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung
usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci
Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning,
yaitu:
a. E-learning bersifat
jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan
kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan
ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai
persyaratan absolut.
b. E-learning dikirimkan
kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet.
CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal
lainnya walaupun bias menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa
dikolongkan sebagai elearning.
c. E-learning terfokus
pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang
menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan. Uraian di atas menunjukan
bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. Jadi
e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam
format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat
digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan
konvensional.
Dalam pendidikan
konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat
model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan
filosofis e-learning sebagai berikut:
a. E-learning merupakan
penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
b. E-learning menyediakan
seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model
belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis
komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
c. E-learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan
teknologi pendidikan.
d. Kapasitas siswa amat
bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik
keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih
baik
Dari definisi-definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan,bukan hanya
meliputi online learning, virtual learning, web-based learning melainkan juga
termasuk di dalamnya pembelajaran yang menggunakan teknologi komputer baik secara
online maupun offline.
Terdapat dua model
pengembangan e-learning, yakni synchronous e-learning dan asynchronous
e-learning. Perbedaan dari dua model tersebut disajikan pada tabel berikut
:
|
Perbedaan synchronous e-learning dan asynchronous e-learning
|
Gambar dibawah
menjelaskan beberapa model penyelenggaraan e-learning yang sering digunakan
baik untuk pendidikan maupun pelatihan.
|
Model
Penyelenggaraan e-learning (Rosenberg, M. J. 2001)
|
Sementara itu, dari sisi
materi pembelajaran e-learning yang ada saat ini dapat dibedakan menjadi 4
jenis, yaitu :
1. E-learning tutorial,
baik berupa teks maupun video.
Contohnya adalah
learningelectric.com yang merupakan e-learning berisi tutorial kemampuan dasar
komputer seperti word, excel dan lain-lain.
2. E-learning latihan
(exercise)
Jenis e-learning ini
menampilkan soal-soal latihan suatu materi, untuk kemudian dikerjakan oleh user
secara online sehingga user dapat langsung mengetahui tingkat kemampuan
terhadap materi tersebut. Contohnya adalah English test net yang berisi
latihan-latihan TOEFL.
Pada jenis ini digunakan
simulasi untuk menggambarkan suatu prose atau kejadian. Contohnya adalah
falstad.com yang berisi simulasi-simulasi untuk memvisualkan berbagai macam
konsep pada bidang matematika, fisika dan teknik.
Pada jenis ini game
digunaka sebagai media penyimpan materi. Penggunaan game ini dapat sebagai
tutorial, exercise, simulasi maupun sebagai permainan.
0 komentar: